Breaking News

Seberapa Layak dan Akurat Sampel yang Dikumpulkan Sendiri Untuk Diagnosis Cacar Monyet?

Dalam sebuah penelitian baru-baru ini yang diposting ke server medRxiv*, tim peneliti mengevaluasi kinerja sampel klinis pasien yang terinfeksi virus monkeypox (MPXV) yang dikumpulkan sendiri versus yang dikumpulkan oleh dokter, termasuk lesi kulit, faring, dan usap dubur dalam diagnostik. tes.

Latar belakang

Pengambilan sampel sendiri telah terbukti menjadi strategi yang andal untuk mendiagnosis penyakit menular seksual (PMS), seperti klamidia dan gonore, berdasarkan pengujian amplifikasi asam nukleat dan baru-baru ini penyakit coronavirus 2019 (COVID-19). Namun, pendekatan ini belum diuji dan divalidasi untuk diagnosis Monkeypox.

Tentang studi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi akurasi diagnostik pengambilan sampel sendiri dalam pengaturan MPXV. Mereka merekrut individu dari tiga pusat di Spanyol yang menunjukkan lesi yang menunjukkan infeksi MPXV dalam waktu sepuluh hari sebelum pemeriksaan penelitian. Seorang dokter kulit atau spesialis STD secara klinis menilai pasien ini dan mendaftarkan mereka yang dicurigai menderita infeksi MPXV dalam penelitian.

Semua peserta penelitian menerima kit pengujian di rumah dengan instruksi, termasuk swab berujung dakron untuk pengumpulan sampel, wadah swab yang telah diberi label, dan amplop surat. Tim melatih individu-individu ini untuk pengambilan sampel sendiri dan meminta mereka untuk mengambil swab dari lesi kulit, orofaring, dan rektum pada hari pertama penelitian.

Para peserta menyimpan sampel yang dikumpulkan sendiri pada suhu 4ºC setelah pengumpulan dan menghubungi layanan kurir, yang mentransfer sampel ini ke laboratorium mikrobiologi di Spanyol untuk pengujian diagnostik.

Para peneliti menganalisis penyeka menggunakan quantitative polymerase chain reaction (qPCR), dan semua pasien yang memiliki sampel positif yang dikumpulkan oleh dokter pada hari ke-0 dimasukkan dalam analisis penelitian. Semua peserta ini telah mengkonfirmasi infeksi MPXV.

Temuan studi

Secara total, penelitian ini mendaftarkan 50 pasien dengan dugaan infeksi MPXV. Semua pasien adalah laki-laki, dengan usia rata-rata 33,5 tahun. Mereka memiliki infeksi MPXV yang dikonfirmasi qPCR di setidaknya satu spesimen diagnostik yang dikumpulkan sendiri. Pada awal, jumlah lesi kulit dan usap faring dan dubur adalah 49, 38, dan 11, masing-masing. Semua swab lesi kulit yang diambil sendiri positif untuk DNA MPXV. Namun, hanya 68% dan 82% dari swab orofaringeal dan rektal yang positif untuk DNA MPXV.

Para peneliti mencatat kesepakatan keseluruhan tertinggi 98% pada usapan lesi kulit. Anehnya, hanya satu individu yang dites negatif dalam swab lesi kulit yang dikumpulkan dokter dan positif dalam sampel swab lesi kulit yang diambil sendiri. Demikian juga, kesepakatan keseluruhan untuk spesimen tenggorokan dan dubur adalah 79% dan 90%, dengan nilai kappa masing-masing 0,49 dan 0,6.

Lebih lanjut, para peneliti mencatat tidak ada perbedaan yang signifikan dalam nilai ambang siklus (cycle threshold (CT)) antara lesi kulit yang diambil sendiri oleh dokter dan spesimen tenggorokan. Sebaliknya, swab rektal yang diambil sendiri memiliki nilai CT yang lebih tinggi daripada sampel yang diambil oleh dokter, dengan perbedaan absolut 5,5; dan interval kepercayaan 95% (CI). Nilai CT rata-rata dari swab yang diambil oleh dokter dan swab adalah 22,5 dan 23,2, masing-masing, dengan perbedaan absolut 0,7; dan 95% CI.

Kesimpulan

Menurut penulis, ini adalah studi pertama yang menunjukkan kelayakan pendekatan pengambilan sampel sendiri untuk diagnosis MPXV. Secara keseluruhan, swab yang diambil sendiri memiliki presisi tinggi dan viral load yang sebanding dengan swab yang dikumpulkan oleh dokter. Penyeka kulit yang diambil oleh pasien biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis penyakit kulit melepuh yang umum, seperti herpes atau varicella. Namun, sampel swab yang dikumpulkan pasien dari lesi kulit ini memiliki karakteristik kinerja tinggi yang sebanding dengan sampel swab yang dikumpulkan oleh dokter.

Kesepakatan keseluruhan antara swab orofaringeal yang diambil sendiri oleh dokter dan diri sendiri lebih rendah daripada sampel lain, kemungkinan besar karena variasi dalam kualitas sampel. Namun, fluktuasi viral load di dalam faring juga mungkin terjadi.

Untuk meringkas, pendekatan pengambilan sampel sendiri yang dieksplorasi dalam penelitian ini menawarkan banyak keuntungan signifikan bagi pasien dan pengendalian penyakit. Ini memfasilitasi integrasi cacar monyet ke dalam pengujian rutin dengan PMS lain pada populasi berisiko tinggi. Studi masa depan harus mengoptimalkan pengumpulan sampel dan memasukkan lebih banyak sampel, seperti air liur, untuk menonjolkan kemudahan pengujian diagnostik.


*Pemberitahuan Penting

medRxiv menerbitkan laporan ilmiah awal yang tidak ditinjau oleh rekan sejawat dan, oleh karena itu, tidak boleh dianggap sebagai konklusif, memandu praktik klinis/perilaku terkait kesehatan, atau diperlakukan sebagai informasi yang mapan.


Journal reference:

Ubals, M. et al. (2022) "Evaluating the accuracy of self-collected swabs for the diagnosis of monkeypox". medRxiv. doi: 10.1101/2022.09.19.22280087. https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2022.09.19.22280087v1

No comments