Pembelajaran mendalam memberikan pencerahan baru pada deteksi Parkinson melalui mata
Sebuah studi Scientific Reports baru-baru ini membahas potensi pencitraan fundus retina sebagai modalitas skrining diagnostik untuk Parkinson's disease (PD).
Latar belakang
PD dikaitkan dengan penurunan bertahap dalam kontrol motorik
dan beberapa gejala non-motorik karena hilangnya neuron dopaminergik secara
progresif di substansia nigra otak.
Kematian akibat PD meningkat lebih dari dua kali lipat sejak
tahun 2000, terutama karena kurangnya intervensi yang berkualitas di kalangan
lansia. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih
memahami patologi PD dan mengembangkan sistem diagnostik dini.
Retina, sering disebut sebagai jendela otak, memberikan
jalan yang layak untuk menilai proses neuropatologis yang terkait dengan banyak
penyakit neurodegeneratif. Meskipun ada kemajuan baru-baru ini, temuan klinis
mengenai degenerasi retina tidak selalu tidak meyakinkan, sehingga memerlukan
penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kekuatan diagnostik retina.
Untuk mencapai tujuan ini, algoritma kecerdasan buatan (AI),
termasuk model pembelajaran mendalam dan algoritma pembelajaran mesin
konvensional, telah muncul sebagai alat diagnostik yang efisien.
Tentang penelitian
Mengembangkan pemahaman mendalam tentang biomarker retina
pada PD memerlukan pengetahuan menyeluruh tentang degenerasi struktural
pembuluh darah retina. Meskipun hal ini seringkali sulit dicapai secara klinis,
AI dapat membantu menjelaskan hubungan kompleks pada tingkat spasial lokal dan
global pada retina. Penelitian ini mengusulkan penggunaan algoritme AI untuk
mengatasi tantangan yang disebutkan di atas dan merupakan salah satu studi AI
ekstensif pertama dalam mendiagnosis PD dari pencitraan fundus.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk secara sistematis
membuat profil kinerja klasifikasi di berbagai fase perkembangan PD, termasuk
insiden dan PD lazim. Dengan mengabaikan metode pemilihan fitur atau pengukuran
kuantitatif eksternal, para peneliti memaksimalkan kemampuan diagnostik
algoritma AI. Kekokohan dibangun melalui pembelajaran mendalam dan metode
pembelajaran mesin konvensional.
Temuan studi
Jaringan saraf dalam mengungguli model pembelajaran mesin
konvensional dan menunjukkan kinerja luar biasa dalam mendeteksi PD pada gambar
fundus retina. Model tersebut berhasil memprediksi kejadian PD sebelum
diagnosis formal dengan tingkat sensitivitas 80% dari nol hingga 5,07 tahun.
Antara 5,07 dan 5,57 tahun, sensitivitas meningkat menjadi
93,33% dan kemudian berkurang menjadi 81,67% antara 5,57 dan 7,38 tahun. Hasil
ini menjanjikan karena menunjukkan potensi intervensi penyakit secara dini.
Attribution correspondence of retinal features. In the
first column, an artery-vein (red and blue, respectively) map is combined with
the optic cup (teal) and optic disc (yellow) generated from the AutoMorph deep
learning segmentation module. A white dashed line is shown as an estimate for
the foveal region. In the third column, a predicted attribution map is
generated using the guided backpropagation algorithm on top of the AlexNet
model. The intersection of the salient features with the segmentation is shown
in the last column. The images represent the left (top) and right (bottom) eyes
from the same subject, demonstrating distinct feature distributions for
prediction.
Jaringan saraf dalam otomatis dapat melengkapi dokter mata
untuk mengidentifikasi biomarker penyakit dan melakukan evaluasi throughput
tinggi. Sampai saat ini, penilaian PD berbasis AI menggunakan retina masih
jarang dilakukan. Yang penting, penelitian sebelumnya tidak membandingkan
pembelajaran mendalam dan metode pembelajaran mesin konvensional.
Sebaliknya, penelitian ini mengevaluasi berbagai metode
pembelajaran mendalam dan pembelajaran mesin konvensional untuk
mempertimbangkan seluruh gambar fundus sebagai media diagnostik. Selain itu,
pasien PD yang lazim dan yang insidensi berhasil dibedakan dari kontrol sehat
yang dicocokkan dengan tepat dengan akurasi 68%.
Kesimpulan
Dalam penelitian ini, model pembelajaran mesin konvensional
mengungguli model pembelajaran mendalam dalam memprediksi PD secara tepat dari
gambar fundus retina. Metode ini kuat terhadap gangguan gambar, sehingga
menjanjikan penanganan dini.
Karya ini diharapkan dapat memberikan landasan untuk
penelitian masa depan dan bertindak sebagai referensi pemilihan algoritma baik
untuk interpretasi dan kinerjanya.
Keterbatasan mendasar dari penelitian ini adalah ukuran
kumpulan data, yang dapat ditingkatkan untuk menangkap presentasi PD yang lebih
luas. Kedua, penelitian ini didasarkan pada populasi Inggris, sehingga
membatasi kemampuan generalisasi temuan.
Keterbatasan tambahan dari penelitian ini adalah para
peneliti tidak melaporkan bagaimana pendekatan ini dapat diterapkan pada
tingkat keparahan PD yang berbeda. Meskipun penelitian ini difokuskan pada PD,
masih belum jelas apakah penyakit neurogeneratif lain seperti penyakit
Alzheimer, serta penyakit mata tertentu, memiliki pola degenerasi atau
biomarker yang serupa.
Penelitian di masa depan juga harus menyelidiki apakah
prediksi model dapat menginformasikan penilaian dokter mata. Namun, hal ini
bisa menjadi rumit karena biomarker visual penyakit mata yang umum lebih
dipahami dibandingkan penyakit PD.
Secara keseluruhan, keterbatasan ini memerlukan penelitian
tambahan menggunakan sampel yang beragam untuk menentukan kelayakan model AI
dalam lingkungan klinis.
Journal reference:
Tran, C., Shen, K., Liu, K., et al. (2024). Deep learning
predicts prevalent and incident Parkinson’s disease from UK Biobank fundus
imaging. Scientific Reports 14(1);1-12. doi:10.1038/s41598-024-54251-1
No comments