Breaking News

Apakah Aspirin Terkait dengan Tingkat Kelangsungan Hidup yang Lebih Tinggi Pada Pasien Kanker?

Dalam ulasan terbaru yang diterbitkan di Open Biology, para peneliti membahas bukti yang ada tentang penggunaan asam asetilsalisilat (aspirin) dalam pengobatan kanker. Mereka melakukan tinjauan literatur untuk memahami bagaimana aspirin mempengaruhi mekanisme biologis pada kanker dan merangkum temuan dari uji klinis dan studi observasional yang melibatkan aspirin dalam pengobatan kanker.

Latar blakang

Sumber daya botani dan komponen tanaman aktif telah lama menjadi sumber pengobatan kanker yang potensial. Potensi salisilat dalam mengatur respon terhadap cekaman biotik dan abiotik dan mempertahankan tanaman terhadap berbagai patogen telah ditetapkan melalui penelitian bertahun-tahun.

Mengingat prevalensi kematian terkait kanker, terutama di negara-negara berkembang dengan akses yang buruk ke pilihan diagnostik dan pengobatan, ada kebutuhan vital untuk terapi kanker yang terjangkau dan dapat diakses. Mengembangkan obat anti-kanker baru itu mahal dan membosankan, dengan uji klinis yang mungkin tidak selalu berhasil. Oleh karena itu, eksplorasi obat yang disetujui untuk pengobatan kanker sedang berkembang.

Asam asetilsalisilat, atau aspirin, adalah obat antiinflamasi dan analgesik yang biasa digunakan untuk melawan rasa sakit dan demam pada berbagai penyakit. Beberapa mekanisme biologis yang diatur oleh aspirin juga berperan dalam inisiasi dan pertumbuhan kanker, menjadikannya pilihan terapi anti-kanker yang berguna.

Tentang studi

Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan tinjauan literatur sistematis untuk membahas tiga aspek utama penggunaan aspirin dalam terapi kanker. Mereka pertama kali merangkum temuan saat ini tentang mekanisme biologis di mana aspirin dapat mengatur jalur patogen tingkat sel dan proses metastasis pada kanker.

Tinjauan tersebut kemudian memeriksa berbagai studi klinis untuk memahami efek aspirin pada metastasis dan kelangsungan hidup kanker. Terakhir, para peneliti membahas efek samping yang diketahui dari penggunaan aspirin, seperti perdarahan intrakranial dan gastrointestinal, dan mengomentari aspek keamanan penggunaan aspirin dalam terapi kanker.

Temuan utama

Tinjauan tersebut melaporkan banyak jalur di mana aspirin berpotensi memainkan peran dalam terapi anti-kanker. Cara kerja utama aspirin adalah melalui gangguan enzim cyclooxygenase (COX), yang menghambat pembentukan molekul pemberi sinyal kanker seperti prostanoid. Aspirin juga mengganggu jalur proliferatif dan inflamasi dan mengganggu proses pro-karsinogenik yang digerakkan oleh trombosit.

Angiogenesis, atau pembentukan pembuluh darah baru, merupakan bagian penting dari perkembangan kanker. Studi pada limfoma dan garis sel kanker usus besar menunjukkan bahwa aspirin mencegah angiogenesis dengan mengganggu enzim COX dan mengatur aktivitas vascular endothelial growth factor (VEGF). Selain itu, aspirin merangsang jalur pro-apoptosis dan mempromosikan perbaikan tumor suppressor gene-mediated deoxyribonucleic acid (DNA)

Studi tentang metastasis menggunakan model hewan in vivo dan sell line in vitro telah menunjukkan bahwa trombosit memainkan peran utama dalam memungkinkan migrasi metastasis dengan mensekresi faktor pertumbuhan, mempromosikan pembentukan metastatic niche, dan memproduksi penghambat tumor suppressor genes. Aspirin menunjukkan aktivitas anti-platelet, yang mengurangi metastasis pada banyak model hewan in vivo. Penelitian menggunakan proteomics dan gene-environment juga memberikan bukti aspirin menurunkan regulasi ekspresi DNA repair, yang ekspresi berlebihnya dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus besar.

Bukti keseluruhan dari studi klinis dan observasional mendukung penggunaan aspirin dalam terapi anti-kanker, meskipun heterogenitasnya tinggi. Namun, penulis menyoroti tidak adanya percobaan acak ad hoc yang mengeksplorasi efek aspirin pada berbagai jenis kanker. Sebagian besar bukti berasal dari meta-analisis data observasional dari individu dengan berbagai jenis kanker, seperempat di antaranya menggunakan aspirin.

Menurut penulis, banyak penelitian telah difokuskan pada kanker umum seperti kanker paru-paru, payudara, prostat, dan usus besar, yang hanya menyumbang 30% dari kasus kanker di seluruh dunia, meninggalkan bentuk kanker yang lebih jarang dipelajari.

Penggunaan aspirin juga dikaitkan dengan peningkatan perdarahan gastrointestinal dan otak karena aktivitas anti-plateletnya. Sementara beberapa penelitian melaporkan perdarahan fatal terkait dengan penggunaan aspirin, terutama pada pasien yang lebih tua, satu interpretasi hasil juga menunjukkan bahwa tindakan anti-platelet aspirin mengungkap patologi gastrointestinal yang ada seperti lesi lambung, yang kemudian dapat diobati.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa peran aspirin dalam mengatur berbagai jalur metabolisme menjadikannya pilihan pengobatan anti-kanker yang berpotensi berharga dan layak. Namun, sebagian besar bukti kemanjurannya saat ini dalam mengurangi proliferasi sel tumor dan metastasis berasal dari empat percobaan acak ad hoc. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan tentang penggunaan aspirin dalam pengobatan beberapa bentuk kanker yang lebih jarang. Penelitian yang komprehensif tentang efek samping aspirin juga diperlukan sebelum mempromosikan penggunaan aspirin dalam terapi kanker.


Journal reference:

Elwood P, Protty M, Morgan G, Pickering J, Delon C, Watkins J. 2022 Aspirin and cancer: biological mechanisms and clinical outcomes. Open Biology. 12: 220124. doi: https://doi.org/10.1098/rsob.220124 https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rsob.220124

No comments