Kaitan Antara Tidur yang Lebih Pendek di Kemudian Hari dan Berbagai Penyakit
Proses fisiologis manusia sangat bergantung pada tidur untuk berfungsi dengan baik. Sebuah studi PLOS Medicine journal baru-baru ini menentukan hubungan antara durasi tidur orang tua, yaitu, 50, 60, dan 70 tahun, dan kejadian multimorbiditas. Secara signifikan, penelitian ini menggunakan data tindak lanjut selama dua puluh lima tahun untuk analisis.
Kurangnya Bukti Terkait Durasi Tidur dan Keadaan Sehat
Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan
antara durasi tidur dan manifestasi penyakit kronis (misalnya, kanker dan
penyakit kardiovaskular) dan kematian, sifat hubungan ini masih belum jelas.
Ketika lebih dari satu kondisi kronis terjadi dalam individu
yang sama, itu dikenal sebagai multimorbiditas. Namun, tidak banyak penelitian
yang tersedia mengenai hubungan antara multimorbiditas dan durasi tidur. Selain
itu, apakah durasi tidur berdampak pada kesehatan, memanifestasikan kondisi
kronis, dan kematian berikutnya tidak diketahui.
Saat ini, orang dewasa yang lebih tua direkomendasikan 7
sampai 8 jam tidur; namun, apakah durasi tidur pendek atau panjang meningkatkan
risiko morbiditas harus dieksplorasi dalam penelitian masa depan. Mekanisme
biologis yang mendasari terkait dengan durasi tidur pendek dan timbulnya
komorbiditas tersedia; Namun, dampak dari tidur panjang pada manifestasi
kondisi kronis tidak dipahami dengan baik.
Telah dilaporkan bahwa seiring bertambahnya usia seseorang,
pola tidurnya berubah. Oleh karena itu, muncul pertanyaan apakah perubahan pola
tidur di pertengahan atau di kemudian hari meningkatkan risiko multimorbiditas.
Tentang Studi
Penelitian saat ini menggunakan kohort Whitehall II, sebuah
penelitian berkelanjutan yang didirikan pada tahun 1985 yang terdiri dari
10.308 (6.895 pria dan 3.413 wanita) pegawai negeri sipil Inggris. Karena 99,9%
peserta terkait dengan UK National Health Service (NHS) electronic health
records, data medis yang relevan diperoleh dari layanan ini.
Informasi yang dilaporkan sendiri tentang rata-rata durasi
tidur malam minggu peserta diperoleh pada enam gelombang pengumpulan data
antara tahun 1985 dan 2016. Informasi ini dikategorikan berdasarkan usia,
yaitu, 50, 60, dan 70 tahun. Skala masalah tidur Jenkins digunakan untuk
menilai kualitas tidur. Partisipan ditanyai tentang pengalaman tidurnya,
seperti susah tidur, tidur terganggu, terbangun beberapa kali di malam hari,
dan sulit tidur.
Dalam penelitian ini, multimorbiditas didefinisikan sebagai
adanya dua atau lebih penyakit kronis dari tiga belas yang diidentifikasi
berdasarkan pemeriksaan klinis Whitehall hingga Maret 2019.
Temuan Studi
Sebanyak 7.864 peserta yang tidak memiliki multimorbiditas
berada pada usia 50 tahun. Di antara kelompok ini, 4.446 mengembangkan penyakit
kronis pertama, 2.297 berkembang menjadi multimorbiditas, dan 787 kemudian
meninggal.
Diamati bahwa dibandingkan dengan tujuh jam tidur, mereka
yang tidur kurang dari lima jam pada usia 50 tahun menunjukkan peningkatan
risiko terkena penyakit kronis pertama mereka. Menariknya, durasi tidur di atas
sembilan jam tidak terkait dengan transisi tersebut.
Studi prospektif saat ini menyajikan tiga temuan utama.
Pertama, durasi tidur yang pendek terus-menerus dikaitkan dengan peningkatan
risiko multimorbiditas. Pengamatan ini akurat untuk peserta kelompok usia paruh
baya dan lebih tua. Durasi tidur yang pendek juga dikaitkan dengan onset
penyakit pertama dan multimorbiditas berikutnya. Namun, itu tidak terkait
dengan kematian.
Kedua, durasi tidur yang lama lebih kecil kemungkinannya
pada usia 60 dan 70 tahun, dan insiden multimorbiditas diamati. Namun, ini
tidak berlaku untuk peserta yang berusia 50 tahun. Oleh karena itu, durasi
tidur yang lama pada usia 50 tahun tidak terkait dengan perkembangan penyakit.
Ketiga, pengukuran durasi tidur berbasis akselerometer yang
dilakukan pada peserta yang rata-rata berusia 69 tahun mengkonfirmasi hubungan
antara durasi tidur dan kejadian multimorbiditas pada usia 60 dan 70 tahun.
Kekuatan dan Keterbatasan
Kekuatan utama dari penelitian ini termasuk masa tindak
lanjut yang panjang dan pengukuran berulang dari durasi tidur dari berbagai
kelompok usia. Selanjutnya, menggunakan model multistatus memberikan lebih
banyak wawasan tentang hubungan durasi tidur dengan perjalanan penyakit.
Keterbatasan mendasar dari penelitian ini adalah sedikitnya
jumlah peserta dalam kategori durasi tidur panjang. Akibatnya, penulis gagal
melakukan inferensi pada kelompok ini mengenai kejadian multimorbiditas. Selain
itu, sifat pelaporan diri dari penelitian ini meningkatkan risiko hasil yang
bias. Para penulis juga menunjukkan risiko kausalitas terbalik dari kondisi
yang tidak terdiagnosis pada tindakan tidur. Kohort berisi sejumlah peserta
non-kulit putih, sehingga temuan tidak dapat digeneralisasi.
Kesimpulan
Studi saat ini sangat menunjukkan hubungan antara durasi tidur pendek dan perkembangan multimorbiditas. Pengamatan ini akurat untuk individu di pertengahan atau akhir kehidupan mereka. Durasi tidur pendek pada usia 50 dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari onset penyakit kronis pertama dan multimorbiditas berikutnya. Studi saat ini merekomendasikan durasi dan kualitas tidur yang baik untuk hasil kesehatan yang lebih baik.
Journal reference:
Sabia, S. et al. (2022) Association of sleep duration at age
50, 60, and 70 years with risk of multimorbidity in the UK: 25-year follow-up
of the Whitehall II cohort study. PLOS Medicine, 19(10): e1004109.
https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1004109,
https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1004109
No comments